Jubun dan Potret Kehidupan Detektif Partikelir di Tanah Air

Sumber: JawaPos.com

JawaPos.com – Profesi detektif partikelir atau private investigator memang merupakan hal yang cukup asing di Indonesia. Selama ini, kebanyakan orang hanya mengenal sepak terjang mereka dari sosok-sosok cerita fiksi yang dikemas dalam bentuk film maupun buku komik, seperti Sherlock Holmes, Hercule Poirot, sampai Conan Edogawa. Walau jumlahnya memang sangat sedikit, profesi detektif partikelir di Tanah Air ternyata benar adanya. Jubun, 44, adalah satu dari segelintir orang yang memilih jalan karir yang tak biasa tersebut.

Memulai karirnya sebagai investigator swasta pada 2008, Jubun hingga detik ini masih terus menjalani profesinya itu. Ia bahkan sudah mendirikan agency bernama Aman Sentosa Investigation Agency (ASIA) yang berkantor di Tanjung Duren, Jakarta Barat. ASIA bahkan sudah melebarkan sayapnya hingga ke Cirebon, Jawa Barat.

Selama 14 tahun bekerja sebagai detektif, Jubun mengaku sudah menerima banyak sekali permintaan kasus. Mulai dari kasus penipuan, orang hilang, sampai perselingkuhan.

“Sekarang sedang tren penipuan online dan investasi. Layanan yang kami berikan mencakup untuk penyelidikan pada hal-hal tersebut,” ujar Jubun.

Pada 2019 lalu, ia memperluas layanannya menjadi biro hukum dan investigasi. Kini, klien yang bekerja sama dengannya tidak hanya mendapat bantuan penyelidikan, tetapi lengkap dengan saran hukum untuk menuntaskan kasus. Ia juga sudah menjalin kolaborasi dengan pengacara-pengacara terbaik di Indonesia.

Meski tugasnya adalah ‘mengintai’ pergerakan orang, Jubun tidak pernah menutup-nutupi profesinya itu dari dunia luar. “Kami bekerja dalam tim dan tidak pernah menutupi profesi ini. Inilah yang membuat agensi investigasi kami akhirnya terus mendapat klien baru,” ujar Jubun dalam keterangan yang diterima.

Ayah dari satu anak itu juga menampik stigma bahwa seorang detektif harus lekat dengan image misterius dan sulit untuk diidentifikasi. Ia justru membiarkan dirinya terekspose oleh media massa demi menjaring klien-klien baru yang membutuhkan pertolongan.

“Dari publikasi media, orang awam jadi tahu ke mana harus menghubungi kalau perlu jasa investigasi,” kata pria yang juga akrab dipanggil sebagai Detektif Jubun ini.

Di luar pekerjaannya sebagai detektif, Jubun juga tak ubahnya dengan orang biasa. Ia menjalani kehidupan pribadinya layaknya masyarakat umum.

“Kalau dalam film, detektif biasa direpresentasikan sebagai orang yang memiliki kehidupan pribadi misterius dan sulit. Jangan bayangkan detektif swasta yang kerap merokok, menenggak minuman keras, dan terjebak dengan kehidupan malam. Itu tidak selalu terjadi. Buat saya, keluarga adalah prioritas,” ujarnya.

Mengenai kemampuan yang harus dimiliki sebagai seorang detektif, Jubun mengakui bahwa menjadi seorang investigator profesional butuh beberapa faktor penting. Menghargai seluruh informasi yang didapat, lihai mencari bukti yang legal, valid, dan tidak melakukan tindakan melanggar hukum adalah poin-poin krusial yang selama ini ia terapkan hingga bisa ada di posisinya sekarang ini.

“Apik memanfaatkan teknologi yang didukung dengan fakta dan data penunjang akurat juga jadi modal yang kuat. Hampir semua keberhasilan kasus yang kami tangani ada dalam kemampuan untuk menyelidiki jejak digital yang ditinggalkan oleh orang-orang yang kami cari. Jadi, kami harus pandai memanfaatkan teknologi,” katanya.

“Kami juga harus memiliki rekam jejak yang jelas. Inilah alasan saya tidak menutup-nutupi profesi ini. Dengan mengungkap profesi, akan tumbuh rasa percaya dari calon klien,” pungkasnya.

 

(Editor : Banu Adikara)

Share this:

Facebook Twitter Google Plus Pinterest

Artikel Terkait